ads01

Header Ads

Kenapa Industri Hiburan Jepang Sudah Jarang Melirik Pasar Indonesia?


Meresatnya kepopuleran fandom Kpop dan Japanese Lovers pun sangat terasa akhir-akhir ini, sudah jelas apalagi kalau bukan penyebab pandemi. Namun, jika kita lihat baik-baik, ternyata sudah jarang banged band ataupun sesuatu yang berbau Jepang secara resmi masuk ke Indonesia untuk melakukan penjualan dan lain-lainnya.

Kenapa hal itu bisa jadi? Jika dulunya kira-kira pada tahun 2010-2015, banyak band Jepang yang berlomba-lomba untuk melakukan tour panggung mereka di Jakarta, bahkan banyak agensi resmi lainnya yang ikut meramaikan event kultur Jepang. Namun beberapa tahun terakhir, perlombaan tersebut sudah sangat jarang kita lihat.

Walaupun memang ada beberapa yang melakukan tour untuk melakukan konser mereka di negara Indonesia. Namun, jika dibandingkan dengan porsi sekarang dengan porsi dulunya, hal itu mengalami lonjakan yang cukup tinggi.

Sebenarnya kalau membahas tentang fandom yang menyukai hal berbau Jepang, itu sektornya sangat banyak, jika pada fandom pecinta hal yang berbau Korea, mereka ada yang menikmati drama korea, lagu, serta orangnya, maka di fandom Jepang juga sama halnya, namun memang kurang hype dibandingkan dengan fandom pecinta korea tersebut.

Film drama Jepang sangat jarang dibahas oleh orang Indonesia, palingan banyak dibahas di saat munculnya adaptasi dari anime ataupun manga, namun itu masih dikategorikan sebagai karakter 2D ataupun fiktif.

Faktor Usia


Jika kita berbicara tentang karakter fiktif, maka sangat jelas sekali bahwa fandom pecinta Jepang rata-rata masih ada di usia remaja serta dewasa ke atas. Apalagi yang suka menonton anime itu sangat di dominasi dengan kaum remaja, ini yang menyebabkan tidak adanya perputaran ekonomi untuk industri hiburan Jepang.

Mereka memang suportif dan selalu mendukung artis ataupun konten hiburan Jepang, namun dikarenakan mereka yang memiliki uang pas-pas an untuk membiayai hidup mereka sendiri, porsi uang mereka yang dikeluarkan untuk kepuasan hobi pun menjadi sedikit ataupun tidak ada.

Jika kalian mengingat peristiwa Hatsune Miku Expo yang digelar di Indonesia, maka kalian akan tau betul situasinya dengan sekarang. Ya, memang tidak ada perubahan yang begitu besar. Event yang digelar karena memenangkan sebagai voting dengan suara terbanyak, ketika eventnya digelar, hanya sedikit yang datang membeli tiket serta menikmati, yang parahnya mereka memilih untuk menonton bajakan dengan streaming yang ada di YouTube, dikarenakan mereka menganggap harga tiket pada saat itu sangatlah mahal dan tidak sesuai ekspektasi mereka.

Mengingat peristiwa itu pernah terjadi, walaupun memang bukan karena peristiwa itu, industri hiburan Jepang langsung bubar dan tidak melirik pasar Indonesia. Justru memang karena tidak terlalu mendapatkan profit, hal itu yang membuat para industri tidak terlalu melirik pasar Indonesia.

Hal ini dibuktikan lagi dengan penonton di kanal Muse Indonesia yang lebih pesat dibandingkan kanal streaming yang sama-sama juga untuk penonton Asia, karena penikmat anime lebih di dominasi oleh kaum remaja, jadi kalau sekedar menonton anime legal secara gratis di YouTube itu tidak terlalu mahal bagi sebagian orang.

Jarang Berbaur Dengan Audiens Luar Negara


Yang kedua ini adalah langkah fatal menurutku untuk industri hiburan Jepang, rata-rata dari mereka kurang mempromosikan diri mereka untuk audiens luar negara, seperti kebanyakan lagu mereka yang masih region block, kurang mengdakan tour band luar negri, serta lebih mementingkan selera konsumen dalam negri.

Apalagi mereka tidak perlu mengeluarkan biaya produksi serta ongkos yang tinggi untuk menggelar konser ataupun event, karena jika ingin menggelar event di luar negara, otomatis biaya produksi serta ongkos akan lebih mahal dan belum tentu akan mendatangkan profit, mungkin ini yang membuat inudstri hiburan di Jepang kurang mau melirik pasar luar.

Walaupun memang kabar baiknya, sedikit demi sedikit industri hiburan Jepang sudah mulai untuk mencoba marketing konten hiburan mereka di luar negara, namun hal itu masih sangat sedikit.

Hal ini yang menjadi alasan, konten hiburan Jepang kurang laku dibandingkan konten hiburan Korea Selatan.

Hal ini juga berdampak bagi audiens Indonesia yang kurang mencicipi konten hiburan Jepang, adapun itu hanya dari pecinta Jepang saja.

Profit Yang Tidak Terlalu Menguntunkan


Masih lanjutan yang berkaitan dengan poin pertama, dikarenakan faktor umur, ini yang membuat profit kurang menguntungkan. Apalagi orang Indonesia banyak yang suka membeli merchandise buatan dan jarang dari mereka yang membeli barang resmi, contohnya seperti stiker, gantungan kunci, serta poster hasil foto colongan dari internet.

Jika poster resmi bisa kalian dapatkan di harga kisaran 100rb, maka poster hasil colongan dari internet bisa kalian dapatkan hanya dengan 20rb, bahkan bisa murah lagi jika kalian membuatnya sendiri.